Pengendalian Nyamuk Aedes, sp pada area Buffer Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani Bulan April 2025

Oleh Administrator
Jumat, 16 Mei 2025 01:56
Dibaca 228 kali

Pengendalian Nyamuk Aedes, sp pada area Buffer Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani Bulan April 2025

Hetty Setyo Rini, SKM., M.K.M.

Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Jayapura, Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani


PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes sp., terutama Aedes aegypti, yang dikenal sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit tersebut. Nyamuk ini memiliki karakteristik hidup di lingkungan pemukiman dan aktif menggigit pada pagi hingga sore hari, sehingga keberadaannya sangat erat kaitannya dengan aktivitas manusia.

Berdasarkan hasil survei vektor yang dilakukan pada bulan April, ditemukan adanya larva nyamuk Aedes sp. pada area buffer di wilayah kerja Bandar Udara Sentani. Penemuan ini menjadi indikator adanya potensi penularan penyakit DBD di wilayah tersebut. Area buffer sendiri merupakan zona di luar perimeter bandara dengan radius sekitar 2 km yang mencakup permukiman penduduk. Wilayah ini berfungsi sebagai penyangga strategis dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit, termasuk penyakit yang berpotensi menular melalui vektor, seperti DBD. Dengan kondisi lalu lintas manusia yang tinggi di area sekitar bandara, maka pengawasan dan pengendalian terhadap faktor risiko kesehatan di wilayah buffer menjadi sangat penting.

Sebagai bentuk antisipasi dan tindakan preventif, Balai Kekarantinaan Kesehatan Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani melakukan berbagai upaya pengendalian vektor, baik pada stadium larva maupun stadium dewasa nyamuk Aedes sp. Tindakan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit DBD serta melindungi masyarakat di sekitar wilayah kerja bandara dari risiko kesehatan yang ditimbulkan. Pengendalian tersebut menjadi bagian integral dari strategi kekarantinaan kesehatan dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat, khususnya di daerah yang memiliki mobilitas tinggi seperti lingkungan sekitar

TUJUAN

Untuk menurunkan populasi vektor nyamuk Aedes sp. di area buffer Bandar Udara Sentani guna mencegah potensi penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada masyarakat sekitar dan pengguna jasa di Bandar Udara Sentani

METODE

Kegiatan pengendalian vektor dilakukan dalam dua bentuk tindakan utama, yaitu:

1. Larvasidasi

Dilakukan dengan menaburkan larvasida pada container positif jentik dan tempat-tempat potensial perkembangan larva nyamuk Aedes,sp.

2. Pengasapan (fogging)

Dilakukan dengan menggunakan metode hot fogging menggunakan mesin thermal fogger dan insectisida. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

a. Survei lokasi untuk identifikasi tempat potensial berkembang biaknya nyamuk.

b. Penentuan titik-titik strategis untuk pengasapan.

c. Pelaksanaan fogging dengan alat thermal fogger sesuai standar keselamatan.

d. Pencatatan dan dokumentasi kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengendalian Larva Aedes,sp

Pengendalian larva nyamuk Aedes sp. merupakan langkah krusial dalam strategi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), karena fase larva adalah tahapan awal dalam siklus hidup nyamuk yang lebih mudah dikendalikan. Kegiatan larvasidasi yang dilakukan pada bulan April 2025 menggunakan larvasida berbahan aktif Temephos sebanyak 900 gram, yang diaplikasikan pada container positif jentik, seperti tempat penampungan air, genangan air di barang bekas, pot bunga, dan tempat potensial lain yang berpotensi menjadi habitat larva nyamuk.

Temephos merupakan larvasida organofosfat yang telah lama digunakan dalam program pengendalian vektor karena efektivitasnya dalam membunuh larva tanpa menimbulkan resistensi jangka pendek jika digunakan sesuai dosis. Senyawa ini bekerja dengan cara merusak sistem saraf larva, sehingga menghambat perkembangannya menjadi pupa dan nyamuk dewasa.

Larvasidasi bertujuan untuk memutus siklus hidup nyamuk dengan mencegah tahap larva berkembang ke fase dewasa, sehingga menekan populasi nyamuk di kemudian hari. Mengingat Aedes aegypti berkembang biak pada tempat penampungan air bersih yang tersembunyi, kegiatan ini sangat penting untuk menurunkan risiko penularan dengue.

2. Pengendalian Nyamuk Aedes,sp

Selain pengendalian larva, intervensi penting lainnya adalah pengendalian terhadap nyamuk dewasa yang berperan langsung sebagai vektor penyebaran virus dengue. Pada bulan April dilakukan tindakan pengasapan (fogging) di area seluas 1,14 hektar menggunakan insektisida Zeta 15 L UL dengan bahan aktif Sipermetrin yang merupakan insektisida golongan piretroid sintetis yang dikenal ampuh dan bekerja cepat (knockdown effect) dalam membunuh serangga, termasuk nyamuk dewasa. Insektisida ini bekerja dengan menyerang sistem saraf nyamuk, menyebabkan kelumpuhan, dan akhirnya kematian. Penggunaan sipermetrin sangat sesuai untuk penanggulangan kasus secara cepat di area padat penduduk atau daerah dengan mobilitas tinggi seperti kawasan sekitar bandara.

Tindakan fogging ini bertujuan untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk dewasa dalam waktu singkat, terutama di area yang telah terdeteksi adanya jentik dan tempat berkembang biaknya. Pengasapan dilakukan saat jam aktif nyamuk Aedes (pagi dan sore hari) agar efektivitasnya maksimal.

Pengendalian larva dan nyamuk dewasa yang dilakukan secara bersamaan merupakan pendekatan dalam mengatasi risiko penyebaran DBD. Larvasidasi mencegah munculnya generasi nyamuk baru, sementara fogging membunuh nyamuk yang sudah dewasa dan berpotensi menjadi vektor penular virus. Pendekatan ini dikenal sebagai Integrated Vector Management (IVM), yang menekankan pentingnya sinergi antara intervensi teknis dan peran serta masyarakat.

KESIMPULAN

Kegiatan pengendalian nyamuk Aedes sp. di area buffer Bandar Udara Sentani telah dilaksanakan pada bulan April 2025 dengan metode larvasidasi menggunakan Temephos sebanyak 900 gram dan pengasapan (fogging) seluas 1,14 hektar menggunakan insektisida Zeta 15 L UL (sipermetrin) sebanyak 1,9 liter. Kedua tindakan ini efektif dalam menurunkan populasi larva dan nyamuk dewasa sebagai upaya pencegahan penyebaran DBD. Untuk mengendalikan nyamuk Aedes,sp secara efektif perlu dilakukan pengendalian vektor secara berkala, penerapan metode pengendalian terpadu yang mencakup PSN, edukasi, dan pemantauan jenti serta melibatkan masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan lingkungan.

REFERENSI

Kementerian Kesehatan RI (2023). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2024 tentang Kesehatan Lingkungan. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI (2023). Peraturan Menteri Kesehatan No. 10 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kekarantinaan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Petunjuk Teknis Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta: Kemenkes RI.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2017). Pedoman Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.