Tren Penyakit pada Pelaku Perjalanan dari Papua New Guinea di Pintu Masuk Negara PLBN Skouw

Oleh Administrator
Selasa, 10 Juni 2025 05:50
Dibaca 453 kali

Tren Penyakit pada Pelaku Perjalanan dari Papua New Guinea

di Pintu Masuk Negara PLBN Skouw

(Data : Januari – Mei 2025)

Pendahuluan

Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Kota Jayapura merupakan gerbang yang menghubungkan Indonesia dengan Papua New Guinea (PNG). Mobilitas internasional yang melibatkan pelaku perjalanan dari dan ke PNG menunjukkan peningkatan signifikan. Jumlah Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) di PLBN Skouw pada periode Januari-Mei 2024 sejumlah 76.041 orang meningkat menjadi 100.143 orang untuk periode yang sama di tahun 2025 atau meningkat sebanyak 32%. Peningkatan lalu lintas pelaku perjalanan dari PNG ke Indonesia dapat membawa potensi risiko penyebaran penyakit dari luar negeri.

Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Jayapura merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Kesehatan yang bertugas melaksanakan pengawasan, pencegahan, dan respon terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan pada alat angkut, barang, lingkungan termasuk orang (pelaku perjalanan). Hal ini dilakukan sebagai upaya cegah tangkal keluar atau masuknya penyakit dan atau faktor risiko kesehatan masyarakat di pintu masuk negara dan wilayah.

BKK Jayapura wilayah kerja PLBN Skouw melakukan pengawasan dan pemeriksaan faktor risiko kesehatan pada pelintas yang datang dari PNG untuk mencegah potensi penyebaran penyakit dari PNG masuk ke Indonesia. Pemantauan tren penyakit dari pelaku perjalanan menjadi penting bagi ketahanan kesehatan negara, dengan melakukan pemantauan memungkinkan mendeteksi potensi wabah atau penyakit baru lainnya sehingga dapat dilakukan mitigasi dengan cepat untuk mencegah penyebaran penyakit ke wilayah.

Kajian ini bertujuan untuk melihat tren penyakit pada pelaku perjalanan dari Papua New Guinea untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyebaran penyakit khususnya penyakit yang berpotensi menjadi wabah/KLB.

Metodelogi

Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk melihat tren penyakit dengan sumber data primer dari pengawasan pelintas, pemeriksaan rujukan orang sakit masuk dan data kunjungan klinik pada PPLN yang datang dari PNG periode Januari – Mei 2025.

Pembahasan

Pengawasan dan pemeriksaan pelintas dari PNG dilakukan pada semua pelintas yang masuk baik yang sehat maupun yang sakit. Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan suhu badan melalui thermal scanner dan pengamatan visual serta pemeriksaan kesehatan pada pelintas yang berobat di klinik termasuk orang sakit yang masuk dari PNG maupun pasien kegawatdaruratan.

Selama periode Januari – Mei 2025 terdapat 98 orang pelaku perjalanan dari PNG yang terdeteksi sakit, 6 orang (6%) merupakan orang sakit masuk yang melanjutkan pengobatan di Kota Jayapura dan 92 orang (94%) merupakan pelintas yang berobat di klinik BKK Jayapura wilker PLBN Skouw.

Karakteristik Pelaku Perjalanan yang Sakit dari Papua New Guinea

Wilker PLBN Skouw Bulan Januari – Mei 2025

VariabelJumlah%
Usia
<= 5 Tahun1717,3
> 5 Tahun8182,7
Jenis Kelamin
Laki-Laki6263,2
Perempuan3636,8
Pekerjaan
Pelajar3636,8
Tidak bekerja2222,5
IRT1616,3
Swasta1212,2
Pedagang77,1
Berkebun44,1
Civil servant11,0

Dari tabel diatas pelaku perjalanan yang sakit paling banyak berusia > 5 tahun yaitu 82,7% dan berjenis kelamin laki-laki 63,2%. Hal ini karena mobilitas pada usia dan jenis kelamin tersebut umumnya tinggi, data ini juga sesuai dengan data pelintas yang setiap bulannya jumlah pelintas laki-laki selalu lebih banyak dibandingkan wanita. Pada kelompok pekerjaan paling banyak adalah pelajar 36,8% dan paling sedikit yang bekerja sebagai civil servant (ASN) 1%.

Berdasarkan penyakit yang diderita dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Dari 98 orang 44 diantaranya menderita penyakit menular (44,9%) dan 54 orang menderita penyakit tidak menular (55,1%).

Distribusi Prevalensi Penyakit Menular pada Pelaku Perjalanan dari Papua New Guinea

Wilker PLBN Skouw Bulan Januari-Mei 2025

Penyakit MenularJumlah%
ISPA2929,6
Malaria99,2
Diare Akut66,1
Total4444,9

Pada kategori penyakit menular didominasi penyakit ISPA sebanyak 29 orang (29,6%) dengan mayoritas penderita adalah laki-laki (19 orang) dan berusia > 5 tahun ada 21 orang.

Tren Kasus ISPA pada PPLN dari PNG bulan Januari – Mei 2025 sebagai berikut :

BulanJumlah%
Januari517,2
Februari1137,9
Maret26,9
April13,4
Mei1034,5

Jumlah kasus ISPA meningkat di bulan Februari dan Mei, pada bulan tersebut jumlah pasien kunjungan klinik juga meningkat. Bulan Februari dan Mei bertepatan dengan masa transisi antara musim hujan dan musim kemarau (pancaroba). Perubahan cuaca yang tidak menentu, seperti fluktuasi suhu dan kelembaban, dapat melemahkan sistem imun tubuh, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan.

Penderita Diare akut ada 6 orang yang mayoritas laki-laki (5 orang) dan berusia  5 tahun ada 4 orang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif bermain diluar ruangan sehingga meningkatkan risiko higiene yang dapat menyebabkan diare, selain itu imunitas pada usia balita lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Kondisi sanitasi yang buruk selama musim penghujan dapat meningkatkan risiko kasus.

Tren Kasus Diare Akut pada PPLN dari PNG bulan Januari – Mei 2025

BulanJumlah%
Januari00
Februari466,7
Maret00
April233,3
Mei00

Jumlah penderita Malaria ada 9 orang (tersiana 1 orang dan tropika 8 orang), dengan jumlah penderita terbanyak pada laki-laki (5 orang) dan berusia > 5 tahun ada 8 orang.

Tren Kasus Malaria pada PPLN dari PNG bulan Januari – Mei 2025

BulanJumlah%
Januari111,1
Februari444,4
Maret00
April111,1
Mei333,3

Hal ini dapat terkait dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas di luar rumah seiring bertambahnya usia, yang meningkatkan risiko terpapar nyamuk Anopheles. Musim hujan dapat menyebabkan peningkatan kasus malaria ditambah dengan kondisi geografis Vanimo, PNG yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles (hutan, rawa, genangan air) selain itu keterbatasan akses layanan kesehatan (jarak) juga menjadi faktor pendukung. Pengamatan tren penyakit malaria penting dilakukan untuk menghindari peningkatan kasus malaria di PLBN skouw yang dikarenakan kasus import dari PNG.

Distribusi Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada Pelaku Perjalanan dari Papua New Guinea

Penyakit Tidak MenularJumlah%
Obs. Febris814,8
Cepalgia47,4
Dermatitis alergi47,4
Vulnus laceratum47,4
Furunkel35,5
Faringitis Akut23,7
Gingivitis23,7
Kolik Abdomen23,7
Leukositosis23,7
Mialgia23,7
Vulnus Puctum23,7
Obs. Vomiting23,7
Diabetes11,9
Hipertensi11,9
Lainnya1529
Total54100

Sedangkan pada penyakit tidak menular yang terbanyak adalah observasi febris 8 orang. Laki-laki 6 orang dan perempuan 2 orang. Usia <= 5 tahun 1 orang dan usia > 5 tahun 7 orang. Dengan rata-rata 2 kasus perbulan. Febris bisa menjadi gejala awal penyakit serius seperti malaria, DBD, tifus, hepatitis, COVID-19, atau penyakit zoonotik lainnya. Pemantauan membantu mengidentifikasi kasus lebih awal sebelum menyebar.

Pada penyakit lainnya merupakan penyakit tidak menular yaitu Muscle strain, Plantar fascilitis, Stomatitis, Vulnus excoriasi, Susp. ISK, Otitis media akut, Parotitis akut, Gerd, Head Injury Secondary, Kecelakaan Kerja, Abses pada telinga, Usus buntu, Rheumatic heart diseases, dan fraktur, yang masing-masing jumlahnya 1 kasus (1,9 %).

Pemantauan tren penyakit tidak menular juga perlu dilakukan untuk melihat perubahan pola penyakit, deteksi dini, penyusunan kebijakan atau strategi intervensi yang efektif, serta penyusunan skala prioritas sumber daya seperti obat dan bahan medis habis pakai.

Kesimpulan

Berdasarkan kajian data yang dilakukan terlihat adanya tren penyakit tertentu yang dominan di antara pelaku perjalanan di Papua New Guinea. Penyakit menular yang sering terdeteksi meliputi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), malaria, dan diare akut. Yang terjadi berkaitan dengan kondisi lingkungan, sanitasi, serta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas di Provinsi Sandaun Papua New Guinea.

Pada penyakit tidak menular yang terbanyak adalah observasi febris, penyakit kulit, dan vulnus atau luka. Pemantauan kasus obs. Febris menjadi penting karena demam sering menjadi gejala awal dari berbagai penyakit menular berbahaya, seperti malaria, dengue, COVID-19, dan penyakit zoonotik lainnya. Oleh karena itu pentingnya pengawasan kesehatan yang ketat di perbatasan negara, termasuk skrining kesehatan yang berkelanjutan dan kolaborasi lintas sektor antar kedua negara baik dari layanan medis, sharing informasi, maupun notifikasi penyakit untuk memperkuat sistem deteksi dini dan respons terhadap penyakit menular.

Rekomendasi

  1. Perlunya penguatan skrining di pintu masuk negara untuk mendeteksi gejala, atau kasus penyakit secara dini.
  2. Peningkatan kolaborasi lintas negara terkait data penyakit menular, Early Warning Alert and Response System (EWARS), dan notifikasi penyakit di daerah perbatasan negara (Skouw, Jayapura – Vanimo, Sandaun)
  3. Peningkatan edukasi kesehatan bagi pelaku perjalanan baik melalui media cetak (poster, leaflet, banner) maupun advokasi ke lintas sektor.