LAYANAN DETEKSI DINI DAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT BAGI LINTAS SEKTOR DI WILAYAH BANDAR UDARA SENTANI
Oleh : Serly Paliling, AMK
Bandar Udara Sentani merupakan gerbang utama transportasi udara di Provinsi Papua, menghubungkan wilayah pesisir dan pegunungan tengah dengan berbagai daerah di Indonesia. Sebagai titik lalu lintas manusia yang padat, bandara ini memiliki potensi besar dalam penyebaran penyakit menular. Salah satu tugas dan fungsi Bidang Kekarantinaan Kesehatan menurut Permenkes No.10 tahun 2023 yakni melaksanakan upaya cegah tangkal keluar atau masuknya penyakit dan atau faktor risiko kesehatan di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan layanan deteksi dini dan pengendalian faktor risiko penyakit, tidak hanya untuk penumpang tetapi juga bagi lintas sektor yang terlibat di wilayah bandara.
Beberapa faktor risiko utama di lingkungan bandara yang dapat memicu penyebaran penyakit antara lain: (1) Kepadatan populasi, interaksi dalam ruang tertutup meningkatkan risiko penularan melalui droplet atau kontak langsung. (2) Mobilitas tinggi, penumpang dan pekerja bandara berasal dari berbagai daerah dengan status kesehatan yang beragam. (3) Kurangnya ventilasi di beberapa area kerja seperti gudang dan ruang tunggu. (4) Kelelahan kerja dan stres pada petugas bandara yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Jayapura Wilayah Kerja Bandar Udara Sentani melaksanakan layanan deteksi dini dan pengendalian faktor risiko penyakit bagi lintas sektor pada tanggal 8 Mei 2025. Layanan deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi individu yang berpotensi menularkan atau tertular penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC), dan penyakit zoonosis. Bandar Udara Sentani menjadi salah satu lokasi strategis pelaksanaan program ini karena merupakan titik berkumpulnya masyarakat dari berbagai wilayah, termasuk daerah endemis penyakit, adanya interaksi lintas sektor, seperti petugas keamanan, maskapai, kargo, petugas kebersihan, dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pergerakan cepat orang berisiko membawa penyakit ke daerah lain.
Penerapan deteksi dini yang efektif memerlukan kolaborasi lintas sektor, dinas kesehatan dalam hal ini Puskesmas Sentani Kota, pengelola bandara, maskapai penerbangan, dan aparat keamanan. Strategi yang dapat diterapkan antara lain skrining kesehatan berkala: pengukuran suhu tubuh, pengukuran tekanan darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, dan skrining penyakit TBC. Pada kegiatan ini juga diadakan Voluntary Counseling and Testing (VCT) mobile yaitu pelayanan bergerak untuk konseling dan melakukan tes HIV secara sukarela, edukasi bagi pekerja bandara tentang faktor risiko dan dan cara mencegah penyakit, distribusi leaflet sebagai media informasi. Upaya pengendalian dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) Sanitasi dan kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan area publik dan kerja secara rutin, (2) Ventilasi udara, meningkatkan kualitas sirkulasi udara di ruang tertutup. (3) Manajemen stres dan jam kerja, memberi ruang istirahat yang cukup. (4) Penerapan SOP kesehatan kerja, memastikan setiap sektor menjalankan protokol kesehatan.
Animo peserta dalam kegiatan ini sangat tinggi ditandai dengan banyaknya jumlah peserta yang hadir yaitu 50 orang disela sela padatnya kesibukan dan lalu lintas penerbangan. Kegiatan ini didominasi oleh laki-laki yakni 70% dari seluruh peserta yang ada. Dan kegitan ini dilaksanakan sekali dalam setahun untuk masing-masing wilayah kerja yang ada di BKK Kelas I Jayapura. Penyakit menular masih menjadi tantangan utama dalam pembangunan kesehatan di Bandar Sentani. Dengan pendekatan lintas sektor yang sinergis dan berkelanjutan, bandara bukan hanya menjadi titik transit, tetapi juga garda terdepan dalam mencegah penyebaran penyakit berbahaya di wilayah timur Indonesia. Dengan memperkuat layanan deteksi dini dan pengendalian faktor risiko melalui kolaborasi dari berbagai pihak, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan kesehatan global.
Referensi :